Buku-buku yang pada umumnya
berkaitan dengan psikologi dan akhlak, anatara lain buku Phaedo tentang jiwa
dan keabadiannya sesudah mati, dan buku Phaedrus tentang cinta
(poerwantanaet.al., 1988: 89; schmid, 1980: 10; Dirgagunarsa, 1996: 13).
Ajarannya yang terkenal adalah tentang “idea”.
Tentang
“jiwa”, plato menyebutnya sebagai bersifat immaterial. Hal ini dikarenakan
sebelum masuk ketubuh kita, jiwa sudah ada terlebih dahulu dialam para
sensoris. Hal ini dikenal sebagai pre-eksistensi jiwa dari plato. Jadi, menurut
plato, jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia
idea (yang sifat aslinya adalah berfikir).
Bahwa
manusia tersusun atas jiwa dan badan, merupakan suatu konsep klasik yang
berulang-ulang dinyatakan kembali dalam tulisan-tulisan filsafat. Plato
menekankan perbedaan itu sedemikian rupa sehingga kita berbicara tentang
dualisme. Dalam pandangan plato, dualism anatara jiwa dan badan bersifat
etis-religius. Jiwa adalah bagian manusia yang tidak dapat mati; setelah
berulang-ulang dipenjarakan dalam badan melalui inkarnasi, akhirnya jiwa itu, setelah
disucikan dari kesalahannya, mencapai dunia yang lebih luhur, dunia tepat kita
memandang idea-idea yang murni dan abadi. Jiwa hidup terus setelah badan mati,
bahkan sudah ada sebelum manusia lahir kembali kebentuk badan baru. Semula,
plato melukiskan badan sebagai penjara dan kuburan bagi jiwa, kemudian sebagai
alat atau sarana bagi jiwa. Selanjutnya lagi penghargaan bagi badan, kemudian
meningkat dan ia memandang badan sebagai gamabaran jiwa yang patut dihormati
(peursen, 1991: 231).
Dalam
teorinya tengtang “idea”, plato melukiskan pertentangan antara kenyataan rohani
yang tidak dapat musnah, dan kehidupan didunia ini, yang dialami secara
indrawi; teori ini berkaitan dengan pandangannya mengenai terpisahnya jiwa
manusia yang tidak dapat mati dan badan yang akan musnah. Idea-idea itu
mewujudkan adanya yang paling tinggi dan paling nyata, tetapi terarah juga pada
idea tetang kebaikan yang terdapat disebelah sana, segala sesuatu yang ada.
Nilai ini mendorong plato untuk menerjunkan diri kedalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, ia ingin membina watak manusia ditengah-tengah masyarakat
polis itu. Didalam alam raya pun, idea-idea itu berpengaruh dengan pemberian
wujud pada alam kebendaan yang masih tanpa wujud (peursen, 1991: 251).
Teori
plato tentang idea-idea pada dasarnya meliputi dua alam (Tule, ed., 1995:
125-126);
b. Alam fenomenal (dunia tampak) yang tersusun dari segala sesuatu yang berupaya berubah, tetapi selalu gagal untuk meniru (menjiplak, ikut serta dalam, mengambil bagian dari) bentuk-bentuk ideal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar