Senin, 26 Desember 2016

Psikologi Plato



Buku-buku yang pada umumnya berkaitan dengan psikologi dan akhlak, anatara lain buku Phaedo tentang jiwa dan keabadiannya sesudah mati, dan buku Phaedrus tentang cinta (poerwantanaet.al., 1988: 89; schmid, 1980: 10; Dirgagunarsa, 1996: 13). Ajarannya yang terkenal adalah tentang “idea”.

                Tentang “jiwa”, plato menyebutnya sebagai bersifat immaterial. Hal ini dikarenakan sebelum masuk ketubuh kita, jiwa sudah ada terlebih dahulu dialam para sensoris. Hal ini dikenal sebagai pre-eksistensi jiwa dari plato. Jadi, menurut plato, jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya adalah berfikir).

                Bahwa manusia tersusun atas jiwa dan badan, merupakan suatu konsep klasik yang berulang-ulang dinyatakan kembali dalam tulisan-tulisan filsafat. Plato menekankan perbedaan itu sedemikian rupa sehingga kita berbicara tentang dualisme. Dalam pandangan plato, dualism anatara jiwa dan badan bersifat etis-religius. Jiwa adalah bagian manusia yang tidak dapat mati; setelah berulang-ulang dipenjarakan dalam badan melalui inkarnasi, akhirnya jiwa itu, setelah disucikan dari kesalahannya, mencapai dunia yang lebih luhur, dunia tepat kita memandang idea-idea yang murni dan abadi. Jiwa hidup terus setelah badan mati, bahkan sudah ada sebelum manusia lahir kembali kebentuk badan baru. Semula, plato melukiskan badan sebagai penjara dan kuburan bagi jiwa, kemudian sebagai alat atau sarana bagi jiwa. Selanjutnya lagi penghargaan bagi badan, kemudian meningkat dan ia memandang badan sebagai gamabaran jiwa yang patut dihormati (peursen, 1991: 231).

                Dalam teorinya tengtang “idea”, plato melukiskan pertentangan antara kenyataan rohani yang tidak dapat musnah, dan kehidupan didunia ini, yang dialami secara indrawi; teori ini berkaitan dengan pandangannya mengenai terpisahnya jiwa manusia yang tidak dapat mati dan badan yang akan musnah. Idea-idea itu mewujudkan adanya yang paling tinggi dan paling nyata, tetapi terarah juga pada idea tetang kebaikan yang terdapat disebelah sana, segala sesuatu yang ada. Nilai ini mendorong plato untuk menerjunkan diri kedalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ia ingin membina watak manusia ditengah-tengah masyarakat polis itu. Didalam alam raya pun, idea-idea itu berpengaruh dengan pemberian wujud pada alam kebendaan yang masih tanpa wujud (peursen, 1991: 251).

                Teori plato tentang idea-idea pada dasarnya meliputi dua alam (Tule, ed., 1995: 125-126);

a.       Alam transenden (noumenal) yang absolute, sempurna, bentuk-bentuk ideal yang tidak berubah ketika yang baik merupakan yang utama yang biasanya dtafsirkan sebagai keindahan dan kebenaran; juga merupakan sumber dari segala sesuatu yang lain, seperti keadilan, ketentraman, semangat; 
b.      Alam fenomenal (dunia tampak) yang tersusun dari segala sesuatu yang berupaya berubah, tetapi selalu gagal untuk meniru (menjiplak, ikut serta dalam, mengambil bagian dari) bentuk-bentuk ideal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar