Senin, 26 Desember 2016

Dimensi-dimensi hakikat manusia



  1. Dimensi keindividuan. Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, individu dan masyarakat; 4) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau mejadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identic di muka bumi. 
  2. Dimensi kesosialan. Setiap bayi yang lahir dkarunia potensi sosialitas. Pernyatan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur salign memberi dan menerima. Bahkan menurut lengeveld, adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang  kunci sukses pergaulan.
  3. Dimensi kesusilaan. Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, dalam kehidupan bermasyarakat [orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan)  dan etika (persoalan kebaikan).
  4. Dimensi keberagaman. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di laur alam yang dapt dijangkau dengan perantaraan alat inderanya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar