Senin, 26 Desember 2016

Hubungan Psikologi dengan Filsafat



Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat berawal dari apa yang dialami manusia karena tidak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indera, sedangkan ilmu yang hendak menelaah hasil penginderaan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya. Bahkan, ilmu dengan sangat tenang, menerima sebagai kebenaran bahwa pikian manusia itu ada serta mampu mencapai kebenaran; dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu, sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu.

                Sebaliknya, filsafatpun memerlukan data dari ilmu. Jika ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi.

                Dalam berbagai litelatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis. Adapun dalam filsafat sebenarnya “ibu kandung” psikologi itu psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan.

                Bruno, seperti dikutip syah (1995: 8), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar